Rabu, 25 Desember 2013
Baggage
Everyone has a baggage, sometimes it’s some big baggages.
Setiap orang punya beban di masa lalu, yang dia bawa sendiri, kemanapun dia pergi. Kemudian akan menjadi sebuah penghalang ketika beban itu juga membebani orang lain di masa depan.
Katakanlah, seseorang mantan narapidana. Kemudian menjalani hari-hari bebasnya dengan diri yang baru, yang lebih baik. Dengan usahanya yang kini halal, menghidupi keluarganya dengan berdagang. Tapi tetap saja, sampai kapanpun dia punya big baggage : pernah dipenjara.
Katakanlah lagi, kita punya kisah yang dalam dengan seseorang dari masa lalu. Lalu kini kita membuat cerita baru dengan orang lain. Tapi bagaimanapun, kita akan tetap punya baggage : mengingat cinta di masa lalu. Sering sekali di sekitar kita masa lalu semacam ini merusuhi jalan di depan. Dan ini tidaklah adil bagi cinta kita di masa depan.
Atau katakanlah, kondisi keluargamu berantakan. Meski sekarang misalnya kita tumbuh menjadi orang yang baik, dengan pekerjaan baik, penghasilan baik, kita tetap akan punya baggage : keluarga yang berantakan.
Semua orang punya baggage, besar atau kecil. Menyakitkan atau tidak. Yang terpenting adalah kemudian bagaimana jujur mengakui, berusaha menerima diri sendiri dengan baggage yang kita punya, dan menemukan orang yang tepat untuk bersama-sama membawanya, atau membongkarnya. Baggage itu beban, tapi pasti bisa terasa ringan jika hati mau menerima.
Di sekitar saya, ada banyak cerita tentang orang-orang yang susah melupakan cinta di masa lalu, atau cinta masa lalunya mengganggu hubungan dengan yang baru, atau kedatangan orang baru yang mengganggu hubungan percintaan yang sedang renggang.
Sesungguhnya, mengingat cinta yang dalam di masa lalu adalah sesuatu yang manusiawi. Jika memang tidak bisa lupa, ya tidak mengapa. Tapi setidaknya berusahalah menjadikan pasanganmu yang sekarang sebagai yang lebih penting.
Dari sebuah obrolan siang yang panjang dengan seorang teman yang sedang mengalami hal serupa, saya mengambil kesimpulan dangkal, bahwa salah satu hal yang menyebabkan kita sulit move on dari cerita lama (selain karena masih suka) adalah : unfinished story. Entah apa, entah karena pertengkaran yang berakhir nanggung, entah karena penjelasan-penjelasan yang tidak terselesaikan, entah karena kematian (perpisahan paksa), atau entah mengapa coba pikirkan jika kita termasuk yang masih mengingat dalam cerita lama.
Saya sendiri pernah punya sebuah cerita, paling dalam diantara semua kegalauan saya, paling lama pula karena menyimpan rasa selama sekitar 3 tahun, dan penasaran. Tapi kemudian ketika saya putuskan untuk mengakhiri kegalauan itu, Maka dengan itu selesai, finished. Saya tahu dia tidak menginginkan saya dan dia tahu saya tidak menginginkan dia walaupun saling menyimpan rasa. Dan (saya anggap) kami sudah selesai. Pertemuan selanjutnya, rasanya perasaan itu sudah tidak ada. Sama sekali, padahal bertahun-tahun kemanapun saya pergi selalu teringat. Itu karena saya anggap sudah betul-betul finished dengan jalan yang damai. Dia tenang saya tenang. Tidak ada masalah. Rasanya, dengan selesai begini semua bisa lebih mudah, move on juga mudah. Dan kalau besok misalnya, ada kembali rasa itu, ada jalan untuk hati saya bertemu dengan hatinya, maka dia akan menjadi orang baru dalam kehidupan cinta saya, bukan kisah masa lalu yang membebani di masa depan.
Kisah-kisah unfinished akan selalu menjadi hantu di kehidupan cinta kita selanjutnya, percayalah. Atau kisah yang kita anggap sudah selesai tapi hati masih berat merelakan, maka juga akan menjadi beban. Itu tidak adil bagi pasangan kita di masa depan.
Maka ketika kita memutuskan memilih seseorang nanti, maka tidak mengapa masih menyimpan rasa untuk orang lain. Tapi pastikan, keringatmu, tenagamu, usahamu, sebagian besar hatimu, adalah untuk yang mendampingimu kini.
Maka selesaikanlah semua urusan dengan cintamu, yang belum terselesaikan. Atau, usahakan untuk merelakan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)





0 komentar:
Posting Komentar