Minggu, 06 Oktober 2013

perempuan dan nyinyirnya



Generasi Kartini masa kini tengah menjadi pecandu kecantikan! Sejauh mata memandang, yang terlihat adalah Kartini-Kartini plastik! Kartini yang terbuai jaman kejayaan Barbie.

Parahnya, siapa ingat Kartini? Hanya ada Katy Perry, Lady Gaga, Barbie dan tetek-bengek yang jauh dari budaya lokal. Kartini masa kini tertidur, mati suri, tidak tahu kapan bangun.

Mau sampai kapan? Jangan jadi Kartini deh…jadi dirimu saja. Jadi perempuan.
Ini adalah berbagi isi kepala versi saya, menuangkan unek-unek, isi kepala, emosi, rasa hina, dan sebagainya. Mungkin saya prihatin dengan sistem pendidikan negara yang super bobrok.


Nyinyir a.k.a mbribik  menjadi hal yang sangat memprihatinkan buat saya, karena efeknya sangat beragam, terutama pada psikologi seseorang. Tapi bagi saya, nyinyir yang paling memberikan efek menyiksa adalah nyinyir dengan kata-kata yang menjatuhkan secara mental.
Rasa ingin lebih menonjol atau mendapatkan perhatian lebih dari orang lain menjadi wajar dimiliki manusia. Tapi sering kali yang menjadi jalan pintas untuk membuat diri terlihat lebih baik adalah dengan menjelek – jelekan orang lain, atau meremehkan orang di sekitar kita. Keduanya menjadi cara yang dipilih untuk menutupi kelemahan, yang tanpa disadari memamerkan habbit jelek seseorang.

Saya tidak membela diri dengan ingin menunjukkan kalau saya orang bersih, polos yang tidak pernah menyinyir. Karna sadar atau tidak sadar saya telah melakukannya, bahkan pada diri saya sendiri. Dan dengan menyadari ini setidaknya saya bisa meng-kontrol kebiasaan saya membicarakan dan meremehkan seseorang.

Mungkin saya adalah salah satu dari banyak orang yang menyadari bahwa menjadi korban bullying, dan diremehkan orang itu menyakitkan. Kemudian seperti biasa, akan ada pilihan. Apa saya akan melampiaskan perasaan sakit ini dengan balik membully dan meremehkan orang lain? Atau mencegah orang lain untuk merasakan hal yang sama?

Bagi saya, nyinyir merupakan salah satu alat yang ampuh untuk membunuh seseorang, yang dimulai dengan penyiksaan.
Menjadi perempuan adalah sebuah tantangan dan kebanggan di saat yang sama. Ketika kita sudah menerima dan mensyukuri, maka emansipasi perlahan akan undur diri, tergantikan dengan toleransi dan saling menghargai sesama manusia.

0 komentar:

Posting Komentar