Minggu, 06 Mei 2012

Anak Pramuka Sejati


Hal yang pertama kutangkap saat naik kelas 5 di SDN 1 Tigajuru adalah : "Ya ampun, ini wc atau gudang senjata?" Bukan apa-apa, banyak ranjau bertebaran, belum lagi lubang wc yang kayaknya penggunanya selalu lupa menyiramnya setelah menunaikan tugas suci.
Waktu yang tepat untuk melakukan tugas alam itu adalah saat pagi hari, karena wc-nya masih agak bersih, kalau udah siang-an dikit mending tahan sampai rumah aja daripada harus melihat pemandangan yang merusak mata plus bau-bauan yang konon oleh bangsa jin disalah artikan menjadi bau kemenyan.

Hal lain yang cukup menyedihkan di sd itu adalah kegiatan eskul yang terlalu sedikit. Padahal eskul adalah kegiatan yang paling baik untuk perkembangan otak si kecil, ini menurut pakar anak-anak, Chris John Seto. Terbatasnya pilihan itu membuatku memilih menjadi anak Pramuka.
Aku memang sempat kagum dengan anak-anak Pramuka yang katanya bisa hidup di manapun. Mereka pun cukup kreatif, dan mampu membuat simpul-simpul aneh yang sepertinya sulit. Salah satunya simpul mati, yang digunakan untuk mengikat erat suatu barang karena simpul mati terkenal kuat dalam mengikat. Aku jadi punya cita-cita jika aku bisa menguasai simpul mati, suatu saat aku akan membuka perusahaan gantung diri. Aku akan menjadi sukarelawan yang membuat tali gantung yang akan membuat penggunanya langsung mati dengan cepat. Cita-cita yang akhirnya kuurungkan setelah melihat orang-orang yang lebih sering bunuh diri dengan lompat dari ketinggian.
Singkat kata aku pun terpilih menjadi anggota yang akan ikut berkemah. Kukira kami akan langsung berkemah di alam liar seperti hutan yang sekitarnya ada hewan buas berkeliaran atau di pinggir sungai yang penuh piranha. Ternyata cuma di salah satu SD yang cukup gede di Jepara, Percuma bawa-bawa parang di celana.
Lalu sampailah kami di SD itu. Pembagian tugas pun langsung diberi. Si A menjadi ketua kelompok karena dia yang paling tua, tegas, dan tampak berwibawa. Si B, C, D dan E bertugas membangun tenda karena mereka yang paling ulet dan rajin. Si F dan G bertugas mencari informasi jadwal kegiatan karena mereka berdua anaknya pintar dan dapat dipercaya. Aku bertugas menjaga tenda sambil jualan roti bakar karena aku yang paling tak bisa diharapkan dan punya muka tukang sayur.
Perkemahan itu memang juga mewajibkan kelompok-kelompok untuk menjual sesuatu di depan tendanya. Ada yang hanya menjual minuman dingin, ada yang menjual permen dan makanan kecil, ada juga yang menjual celana dalam bergambar kartun favorit anda (enggak kok). Kelompok dari SD kami yang paling lengkap. Kelompok cewek menjual roti bakar, sedangkan kelompok cowok menjual minuman dingin, snack, dan makanan ringan.
Kegiatan hari pertama salah satunya adalah penjelajahan. Aku tentu saja tidak ikut karena aku diberi tugas penting untuk menjaga tenda dari ancaman teroris. Sambil mengisi waktu luang, aku meneliti tidur pembinaku yang juga tidak ikut. Ternyata rata-rata cara tidur orang dewasa sama, pasti ngorok dengan suara yang sulit dibedakan dengan bunyi mesin pembangkit listrik.
Penjelajahan ternyata makan waktu cukup lama. Memangnya halang rintangnya sesusah apa sih? Apa mereka harus melewati gunung dengan berjalan jongkok, apa mereka harus berenang melewati sungai tapi gak boleh kena air, atau mereka harus menjawab pertanyaan yang sulitnya minta ampun sampai-sampai pembuat soal pun gak tau jawabannya? Aku jadi cemas teman-temanku akan pulang dengan kejiwaan yang sudah rusak.
Untuk mengisi waktu luang, aku dan pembinaku yang udah bangun beserta temanku satu lagi yang juga harus jaga tenda memutuskan membuat martabak mi. Makanan itu ternyata laku keras! Bagaimana cara membuatnya, ikuti petunjuk yang sangat mudah di bawah ini :
1. Masak Mi instan jenis apapun, tapi gak usah dikasih bumbu.
2. Siapkan dua buah telor ayam (jangan diganti dengan telor gajah, gak bakal ada!)
3. Pecahkan, lalu kocok telur tersebut selama 2 menit 34 detik
4. Campurkan dengan mi yang sudah dimasak
5. Goreng dengan perlahan. Angkat jika sudah menguning. Jika sudah hitam berarti udah gosong.
6. Nikmati bersama orang tersayang
Malamnya adalah masa puncak perkemahan. Ya, akhirnya akan ada acara api unggun. Aku belum pernah secara langsung melihat api itu jadi wajar aja kalau kelewat semangat. Tapi kok, gak ada kayu sama sekali. Saat bingung begitu majulah seorang kakak pengurus. "Ehem, karena menurut kami api unggun terlalu bahaya, maka kami memutuskan akan menggantinya" katanya.
Aku langsung lemah syahwat. Dan pengganti api unggun adalah....lilin! Lilin-lilun ditaruh di lantai membentuk sebuah lingkaran, lalu dinyalakan. Inilah penggantinya, sungguh kualitas api unggun yang menyakitkan jiwa.
Pulang ke rumah, ibuku sudah menunggu di depan, "Gimana api unggunnya? Besar gak?" tanyanya
"Kita sering pakai kok buat mati lampu"

0 komentar:

Posting Komentar