PACARAN : ITS JUST A CHANGE OF MINDSET
Cinta merupakan sebuah fenomena yang ngga pernah lepas
dari setiap sendi kehidupan manusia. Apapun itu, cerpen, novel, Film,
sinetron dan lain sebagainya semua selalu memunculkan apa yang kita
sebut bersama, cinta. Tapi, jika kita membicarakan cinta itu terlalu
luas dan tidak semudah apa yang kita pikirkan. Untuk mempersempit itu,
kita akan melihat cinta yang fenomenal di kalangan anak muda, antara
seorang pria dan wanita. Cinta yang tumbuh ini memunculkan apa yang kita
sebut dengan “pacaran”.
Pacaran, sebuah status yang
sepertinya sangat dibutuhkan oleh anak muda zaman sekarang. Seakan-akan
hidup itu kurang bermakna tanpa status tersebut. Saya sendiri pun tidak
mengetahui, istilah pacaran itu datang dari mana dan arahnya kemana
tetapi istilah itu sekarang sangat popular.
Sepanjang
pengamatan saya, ada satu hal yang menjadi pertanyaan saya. Mengapa
seorang sahabat bisa dengan mudah berubah status menjadi pacar tetapi
sebaliknya, kenapa seorang pacar susah untuk dijadikan sahabat ketika
hubungan tersebut berakhir? Apalagi ketika hubungan tersebut berakhir
dengan kebencian, malah bisa menjadi musuh. Kenapa, saat masih menjadi
sahabat, ketika dia menceritakan kedekatannya dengan lawan jenis, kita
dengan enteng membombandir sahabat kita dengan berjuta pertanyaan,
Siapa? Koq ngga dikenalin sich? Anak mana? Kapan lo jadian? Dan
pertanyaan-pertanyaan lainnya. Bagaimana kalau statusnya naik ke level
pacar? Seandainya dia menceritakan lawan jenis maka kita juga dengan
enteng membombandir dirinya dengan marah, ngambek, kesal, didiamkan dan
sebagainya. Koq pacaran itu kelihatan susah ya? Bersahabat dengan lawan
jenispun susah. Bagaimana tidak, ketika kita dekat dengan lawan jenis,
baik pria dan wanita, orang-orang akan memandang bahwa keduanya
berpacaran dan terpengaruh dengan pandangan orang lain, maka keduanya
sepakat untuk menaikan level, yang semula “sahabat” menjadi “pacar”.
Banyak
yang mengatakan bahwa pacaran tersebut merupakan tahap pengenalan
sebelum memasuki jenjang yang lebih tinggi lagi, yaitu yang kita sebut
dengan pernikahan.Lalu muncul sebuah pemikiran dalam kepalaku, untuk
masuk ke jenjang yang kita sebut pernikahan itu adalah bertunangan
terlebih dahulu bukan? Kenapa harus melalui pacaran? Mungkin banyak yang
akan menjawab, sebelum bertunangan, kita harus pacaran terlebih dahulu
untuk mengenal satu sama lain. Lalu muncul pertanyaan lain, kenapa harus
berpacaran? Bukankah persahabatan termasuk tahap pengenalan? Saat kita
bertemu seseorang, kita pasti menanyakan nama terlebih dahulu kemudian
alamat, dan lain sebagainya. Untuk hal tersebut, berarti kita telah
memasuki proses pengenalan itu sendiri. Selanjutnya, ketika kita mulai
menjadikan orang itu sahabat, kita mulai mempelajari karakter orang
tersebut, kebiasaannya, hobby, makanan favoritenya, minuman favoritenya,
bagaimana ketika dia senang, bagaimana ketika dia marah, bagaimana
ketika dia sedih, kita mulai berbagi satu sama lain. Bukankah ini bisa
disebut proses pengenalan juga? Berarti bohong jika kita katakan pacaran
merupakan proses pengenalan karena kita pacaran dengan seseorang karena
kita sudah mengenalnya, pacaran yang paling cepat pun setidaknya kita
sudah tahu nama dan alamatnya. Tidak mungkin ada orang yang berpacaran
tanpa mengenal siapa nama pacarnya! Menjadi sahabatpun adalah proses
pengenalan.
Lalu, apa yang membedakan persahabatan
dan pacaran? Apa yang menyebabkan status pacaran itu memiliki “level”
yang lebih tinggi dari persahabatan? Yang membuat “pacaran” memiliki
level yang lebih tinggi dari “persahabatan” itu hanyalah perubahan
mindset atau pola pikir kita saja! Percaya atau tidak, kalian bisa amati
disekitar kalian sendiri, ketika statusnya masih “sahabat” mindset
kalian menyebutkan dia adalah milik bersama. Jadi, ketika dia mendapat
kenalan baru, terutama lawan jenis kalian tidak akan complain, dia mau
jalan dengan siapapun kalian tidak akan protes, ketika dia sibuk dengan
dirinya sendiri kalian tidak akan marah, ketika dia berhenti menghubungi
dirimu, kamu ngga kenapa-kenapa. Bagaimana ketika statusnya dinaikan ke
level “pacar”? Hati-hati saja, seharian ngga dihubungi, kita
ngomel-ngomel. Dia jalan sama orang lain, kita cemburu dan
ngamuk-ngamuk. Dia jalan bareng sahabatnya pada malam minggu, kita
marah-marah dan bilang dia lebih peduliin sahabatnya dibandingkan kita,
pacarnya. Dia yang tidak berada dengan kita, kita menjadi curiga,
khawatir dia pacaran dengan orang lain atau istilah kerennya, selingkuh.
Apapun yang dilakukan pacar kita semuanya harus dalam sepengetahuan
kita. Ketika kalian pacaran, mindset kalian berubah. She or He is mine!
Dia milikku! Seharusnya, konsep pemikirian seperti itu dimunculkan
paling cepat saat kita sudah bertunangan dan memutuskan untuk segera
menikah. Ingatlah, dengan pacaran kalian belum terikat satu sama lain.
Masing-masing masih memiliki dunia sendiri yang harus dijalani. Berbeda
saat kita sudah menikah, kita dan pasangan kita sudah menjadi satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Jadi,
sebenarnya apa yang mendasari kita memutuskan untuk pacaran? Yang pasti,
pacaran bukanlah tahap pengenalan karena dengan menjadi sahabatpun kita
sudah belajar mengenal orang tersebut. Bahkan kamus besar bahasa
indonesiapun hanya menjabarkan bahwa, “pacar adalah teman lawan jenis
yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih” melihat
deskripsi itu berarti pacaran juga hanyalah sebuah persahabatan. Jika
dikatakan berdasarkan cinta kasih, maka itu lebih menjurus ke cinta
eros. Sekali lagi, yang membuat pacaran menjadi lebih special dari
hubungan persahabatan adalah perubahan mindset kita dan juga kita tidak
mungkin bermesraan dengan semua gadis kan? Pacar adalah sahabat yang
sangat special.
“Your mindset that make the relationship is very special”
0 komentar:
Posting Komentar